Selasa, 18 November 2008

SIKAP-SIKAP DALAM KEHIDUPAN BERAGAMA

Salah satu sikap yang menonjol dalam kenyataan kehidupan beragama adalah sikap yang eksklusif. Sikap ini sangat menonjol sebab banyak penganut agama yang melihat kehidupan keberagamaannya secara fundamental. Tetapi sikap ini bukanlah sikap yang satu-satunya. Secara umum ada tiga sikap terhadap kenyataan kehidupan beragama, yakni eksklusif, inklusif dan pluralis atau dialogis. Dalam pandangan eksklusif, kebenaran dan keselamatan hanya ada pada agamanya sendiri. Tidak ada kebenaran dan keselamatan dalam agama lain. Orang tidak akan diselamatkan kalau tidak mengakui agama saya. Agama-agama lain memang mempunyai banyak hal yang baik, tetapi tidak dapat memediasi keselamatan. Kalau sikap ini dikenakan pada agama Kristen, maka di luar Kristus atau gereja tidak ada keselamatan (extra eccllesiam nula salus). Dalam sikap ini ada upaya merendahkan agama-agama lain. Di samping itu jug dalam sikap eksklusif tidak melihat kenyataan, bahwa umat beragama bagaimanapun juga adalah manusiawi dan karena itu terbatas. Pandangan yang kedua adalah inklusif. Pandangan ini menerima kemungkinan adanya pewahyuan dalam agama-agama lain, yang juga menjadi mediasi keselamatan bagi mereka yang memeluknya. Namun keselamatan yang mereka terima melalui agama tertentu. Dengan kata lain, kalau dikenakan kepada agama Kristen, maka keselamatan dan kebenaran ada pada agama lain karena pekerjaan Kristus, sehingga mereka disebut sebagai Kristen Anonim. Mereka (agama-agama lain) sebenarnya adalah Kristen juga, tetapi mereka tidak mengetahuinya. Jika dibandingkan dengan sikap eksklusif, maka sikap ini lebih terbuka, akan tetapi ternyata tidak, karena kebenaran dan keselamatan dalam agama lain dilihat dalam kaca mata sendiri. Ada rasa simpati terhadap agama lain, tetapi kurang menempatkan agama lain sebagaimana dialami dan dipeluk oleh yang bersangkutan dengan kategori-kategori yang ada pada agama tersebut. Pandangan yang ketiga adalah pluralis atau dialogis. Pandangan ini beranggapan bahwa pada dasarnya semua agama memiliki kebenaran dan keselamatan, hanya pemahaman mereka saja yang berbeda-beda karena perbedaan budaya dan tradisi. Karenanya, semua agama dan penganutnya harus diterima sebagai agama yang benar pula. Dalam pandangan ini, pandangan dan sikap serta jati diri masing-masing dapat diungkapkan dan diperkembangkan. Yang diupayakan di sini adalah adanya perjumpaan visi dan orientasi yang hidup di antara umat beragama. Tidak ada yang dapat mengklaim bahwa agamanya yang paling benar. Namun kalau disikapi lebih lanjut, apakah yang akan dicapai oleh semua orang dengan sikap ini? Masalah yang akan muncul adalah mengapa seseorang harus peduli terhadap yang lainnya, karena kebenaran sudah ada pada orang tersebut? Akibatnya, yang terjadi adalah masing-masing berjalan sendiri-sendiri tanpa perlu terhadap yang lainnya. Pada akhirnya sikap ini tidak berbeda dengan sikap eksklusif.

Disamping ketiga pandangan di atas, John Cobb Jr. Menambahkan sikap keempat, yaitu transformatif. Menurutnya, sikap-sikap yang disebutkan sebelumnya mengandung dua kemungkinan, yaitu absolutisme dan relativisme. Absolutisme adalah pemutlakan kebenaran yang lain. Sedangkan relativisme adalah sikap yang menolak kemungkinan tercapainya konsensus dan harapan bagi suatu tindakan sehingga cenderung mempertahankan kegiatan-kegiatan yang tidak relevan dalam situasi kritis. Akibatnya terjadi pereduksian terhadap suatu pemahaman. Karena itulah transformasi kreatif diusulkannya baik kepada absolutisme maupun relevantisme dengan menyatakan kesiapan seseorang untuk terbuka bagi pembaharuan (transformasi) pemahamannya setelah berjumpa dengan kenyataan lainnya. Kesiapan untuk terbuka ini harus tuntas sampai kepada pemahaman baru tentang kebenaran. Di samping John Cobb, Jr., John Titaley mengatakan pandangan yang lain sebagai kelanjutan pandangan Cobb, yakni Inklusif-transformatif. Inklusif, karena menerima keberadaan yang lainnya, akan tetapi transformatif karena interaksi itu akan melahirkan transformasi pemahaman tentang Tuhan itu dalam diri masing-masing komunitas agama. Ketika itu terjadi, umat manusia akan berhubungan satu dengan yang lainnya dengan posisi yang berlainan dengan posisi mereka di masa lampau. Dalam posisi yang baru itu, terbuka peluang tercapainya perdamaian sejati.
Dalam pandangan yang lain, Hans Kung mengemukakan empat kategori sikap orang terhadap agama lain. Ia menyebutkan strategi benteng, strategi mengabaikan perbedaan yang ada, strategi merangkul, strategi merangkul dan strategi ekumenis.
1. Strategi Benteng.
Strategi benteng berangkat dari anggapan bahwa hanya agama seseorang tertentu yang benar. Agama-agama lainnya tidak. Karenannya, perdamaian agama hanya akan dicapai lewat jaminan satu agama tertentu itu.
2. Strategi Mengabaikan Perbedaan yang Ada
Strategi ini berangkat dari asumsi bahwa masalah kebenaran secara esensial sebenarnya tidak ada, karena semua agama pada dasarnya benar dengan caranya sendiri-sendiri. Karenanya, perdamaian agama akan dicapai dengan baik apabila berbagai perbedaan dan kontrakdisi diabaikan.
3. Strategi Merangkul
Strategi merangkul beranggapan bahwa hanya satu agama saja yang benar, dan semua agama yang telah berkembang dalam sejarah memiliki sebagian kebenaran dalam satu agama yang benar itu. Karenanya, perdamaian agama akan dengan baik dicapai apabila da integrasi dari semua agama itu.
Ketiga strategi di atas dinilai oleh Kung sebagai strategi yang tidak memberikan pemecahan terhadap persoalan hubungan antar agama. Oleh karenanya ia mengusulkan strategi keempat, yakni strategi ekumenis.
4. Strategi Ekumenis
Yang ingin Kung maksudkan di sini adalah suatu kriteria ekumenis bagi umat manusia, karena berbagai penyalahgunaan agama yang telah terjadi selama ini. Bagi Kung hanya ada satu kriteria itu, yaitu kemanusiaan (humanum) dalam prespektif di hadapan Yang Absolut.Dari berbagai sikap yang dikemukaan di atas, semua merujuk kepada satu bahwa Tuhan harus dilihat sebagai tujuan akhir dari agama-agama. Semua agama akan setuju dengan hal ini, sebab kebenaran yang absolut dalam agama-agama merupakan gambaran ideal dari pernyataan Tuhan. Hanya Tuhan saja yang memiliki kebenaran, dan kebenaran itu adalah mutlak.

2 komentar:

  1. Ada buku bagus yang ditulis oleh beberapa orang Kristen dan Islam untuk memperingati Natal. Judulnya Damai untuk Perdamaian, terbitan Kompas. Ada di Gramedia kapa kawan....
    Kajian yang mantap tetapi ringan. Ale bisa bilang mahasiswa beli lalu baca kapa....

    BalasHapus
  2. Danke kawan. Kalo datang bisa bawa akang to? biar jadi referensi for beta lai

    BalasHapus