Rabu, 17 Februari 2010

Minggu Pra Paskah

Selama ini ada kekeliruan sehubungan dengan masa Pra Paskah. Kita merayakannya selama tujuh hari Minggu, padahal gereja-gereja di seluruh muka bumi merayakan masa Pra Paskah selama enam minggu, atau tepatnya empatpuluh hari. Mengapa bisa demikian?
Paskah Kristiani berasal dari dari Paskah Yahudi. Di jaman Perjanjian Lama, Paskah merupakan peringatan berhasil keluarnya Israel dari Mesir setelah mereka mengorbankan seekor anak domba dan darahnya diusap di pintu rumah masing-masing. Dalam tradisi Israel, Masa Paskah didahului oleh 40 hari masa persiapan yang dimulai dengan Hari Penebusan (Yom Kippur). Empatpuluh hari ini melambangkan 40 tahun perjalanan Israel di padang gurun. Perayaan Paskah Kristiani mengikuti pola Paskah Yahudi, sebab kita pun mengenal Anak domba Paskah yang dikorbankan, yakni dalam diri Yesus Kristus sebagai Anak Domba Allah. Itu sebabnya masa Pra Paskah lamanya juga 40 hari. Bagi kita, makna 40 hari ini dihubungkan dengan masa persiapan Yesus menjelang pelayananNya, dengan berpuasa 40 hari lamanya di padang gurun.

Perlu diingat bahwa perhitungan 40 hari ini tidak termasuk hari Minggu, sebab umat Tuhan tidak pernah berpuasa pada hari Minggu. Tiap hari Minggu adalah peringatan hari kebangkitan Tuhan. Dengan demikian, masa Pra Paskah jumlahnya adalah 6 minggu (6 x 6 = 36 hari) ditambah empat hari. Itu sebabnya hari pertama masa Pra Paskah jatuh pada hari Rabu. Inilah yang diperingati sebagai Rabu Abu (Ash Wednesday).
Mengapa selama kebanyakan gereja (khususnya gereja protestan) merayakan 7 minggu Pra Paskah? Ada dua kemungkinan: (a). Karena gereja kita tidak pernah merayakan Rabu Abu, sehingga perayaan hari pertama ini digeser ke hari Minggu sebelumnya lalu dianggap sebagai minggu “Pra Paskah Pertama.”  Tentu saja, jumlah minggu Pra Paskah menjadi tujuh. (b) Dalam sejarah gereja, pernah muncul tradisi dimana seminggu sebelum memasuki masa Pra Paskah, diadakan “Persiapan Pra Paskah.” Kebiasaan ini sudah lama dihilangkan, karena masa Pra Paskah sendiri sebenarnya adalah masa persiapan. Aneh jika kita harus mempersiapkan diri untuk masa persiapan.
Apapun penyebabnya, gereja telah memiliki kebiasaan menghayati masa Pra Paskah yang tidak tepat. Ini bukan soal pilihan atau selera, namun soal perlunya meluruskan kembali tradisi yang tidak memiliki dasar teologis/liturgis.
Kadang orang berkata, masa Pra Paskah itu sama dengan Minggu-minggu Sengsara. Padahal tidak. Minggu Sengsara itu jatuh pada hari minggu terakhir sebelum Hari Paskah. Sedangkan minggu-minggu sebelumnya disebut sebagai Minggu Pra Paskah. Mengapa? Karena kita baru memperingati kesengsaraan Kristus seminggu sebelum Ia disalib, tepatnya mulai saat Ia memasuki Yerusalem dan disambut dengan lambaian daun Palma. Itu sebabnya hari Minggu sebelum Paskah itu disebut juga dengan Minggu Palma, karena kita akan memperingati masuknya Yesus ke Yerusalem sekaligus juga awal penderitaanNya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar